Jumat, 22 Juni 2012

Berkabut

        Sudah lama aku tidak melihat kabut menyelimuti kampung kecil yg sangat padat akan penduduknya. Ya kampung ini begitu menyesakan, bahkan jalan setapak pun dicaplok setengahnya oleh keluarga-keluarga baru yg membuat rumah dengan kondisi lahan memaksa. Memaksa sana sini, serempet sana serempet sini. Entah kampung apa ini ? Mungkin belum seberapa jika dibandingkan dengan jakarta-jangan tanya. Apa peduliku soal kepadatan penduduk yang sangat tak karuan ini ? Aku hanya seorang remaja SMA yang baru bisa melihat suatu kondisi tanpa mau menganalisisnya lebih lanjut, jangankan untuk menganalisis membuat hipotesis saja rasanya enggan. Ya anggap saja aku adalah potret remaja masa kini, yang hanya perduli diri sendiri dengan segudang masalah jadi diri dan percintaan-ralat percintaan sangat sial bagiku. 
        Mengertikah teman akan kehidupan ? Tanyakan itu pada anak gaul dan anak alay-ingat aku sudah menjadi ex-alay. Topik yang mereka bicarakan tak kan jauh dari cinta, laki-laki, tren masa kini, dan teknologi(BB, android). Lupakan anak alay maupun anak gaul. Peduli apa aku terhadap hal semacam itu? -salahkan saja mentri pendidikan. 
Kabut seakan menjadi suatu pertanda, pertanda masa-masa setiap remaja. -entah apa hubunganya jangan tanya ! 
       Yang jelas secara tidak langsung kabut menandakan sesuatu, seperti terdapat filosofi tersendiri dari hal tersebut. Ketika pagi menjelang aku sudah tidak merasakan kesejukan yang menusuk dalam tulang, sepertinya kadar kesejukan itu menurun secara perlahan tapi pasti, dapat kau rasakanlah ? Rasakan saja ! Hari demi hari ku lewati seperti berada ditunggu api yang volumenya semakin meningkat saja ! Panas ? Dapatkah kau rasakan ? Rasakan saja ! Daun-daun terasa cepat menguning, mengering dan mati. Ditambah asap dari segala macam asap. Ahk aku merasa desaku ini semakin terpanggang sang surya. Entah mengapa aku mengira cahaya itu memberikan suatu pertanda kepada kita ! Tentunya kita selalu mengeluh sehingga tak sadar akan pertanda itu. Yah pemanasan global ini semakin terasa membakar sedikit sedikit tapi pasti. Kita menyepelekan hal itu karna menurut para ilmuan yang memprediksi puncak pemanasan global sekitar taun sekian. . . Dan bukan sekarang, tapi sudah sangat terasa bukan ? Ha !-salahkan mentri kehutanan ! Aku tidak ingin membahas tentang hutan hujan tropis kita yang berperan sebagai paru-paru dunia ini lambat laun semakin hilang. Kau taulah apa sebabnya ? Kepadatan penduduk yang memaksa dibukanya lahan untuk tempat tinggal !-salahkan mentri pembangunan ! Haaaa mengapa pula tinggkat populasi manusia membludak begitu cepatnya ? -salahkan mentri kesehatan, terutama gagalnya program KB. Ya mungkin karena sex bebas ?-tapi tinggkat aborsi dikalangan remaja pun sangat tinggi ? -salahkan mentri pemberdayaan wanita ! 
Kalo sudah begini kuberikan satu solusi, ya hanya satu. Aku berharap kita sadar dan mau bertindak ! Itu saja. . . 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar