Minggu, 24 Juni 2012

Ular atau Oray ???

        Oray ? apa yang ada di dalam benakmu ketika mendengar kata itu kawan ?? sempatkah kau berpikir kata itu seperti berasal dari bahasa sunda ? atau mungkin bahasa dari suku lain ?-entahlah, yang jelas semacam itulah (jangan tanya!!!).

        Kau tahu, oray sebenarnya sebutan bagi orang sunda untuk memanggil ular, aku rasa disini ada semacam persamaan kata, yang diganti hanyalah hurup vokalnya saja. namun bukan itu yang ingin ku jadikan topik kali ini. namun keanehan yang terjadi dari nama-nama ular tersebut dalam dimensi orang sunda. 

        Coba bayangkan ular sawah ? bagaimana bentuk dan warna dari ular yang suka berendam di dalam kubangan lumpur padi? yang jelas (aku lupa nama latin ular itu, meskipun sedah mencarnya di google tapi tidak tahu-anggap saja begitu) ular itu berwarna hitam, panjangnya kira-kira satu meter setengah, dengan sisik yang kecil-kecil. tapi bukan itu yang menjadi persoalanya, karena ular tersebut dapat di jumpai di sawah mana pun. namun panggilan dari ular tersebut, ya tentu saja itu yang membutku agak bingung akhir-akhir ini. nama dari ular itu dalam bahasa sunda adalah oray gibug , coba kau bayangkan ? mengapa gibug ? aku dengan sengaja bertanya pada nenekku-nenek dari ibuku yang memang seorang petani-dan kau tahu apa jawabannya ? ya dia dengan santainya berseloroh bahwa 'dinamai gibug karena sesuai dengan gerak gerik tubuhnya ketika sedang berselok-selok(apa itu berselok-selok?entahlah yang jelas semacam meliuk-liuk) dan badan ular itu ngagibeg atu bergetar, sehingga dengan serta merta ular itu pun di namai dengan oray gibug'. dapatkah kag bayangkan kawan ? bayangkan segampang itukah mereka menamai ular tersebut, sedangkan nama latinnya pasti begitu keren dan agak lumayan sulit untuk diucapkan ? mengapa ? hanya dari cara ular itu bergerak ? ini sungguh tidak masuk akal, tidak sesuai dengan ketentuan klasifikasi. aku yakin sekali orang yang menemukan ular sawah tersebut akan terheran-heran dan bingung (sekaligus terpingkal-pingkal jika dibutuhkan), aku yakin betapa sulitnya ia-ilmuan tersebut-mengklasifikasikan ular hitam yang senang tinggal de sela-sela pohon padi. 

         Namun  itulah budaya, betapa hebat sebuah logika sederhana, melihat dan menamai dengan mudahya. aku yakin sepertinya terdapat perbbedaan tahun temuan dari sang penemunya dan juga orang sunda maupun suku-suku lain didunia. dan pada akhirnya aku tersadar bahwa apa yang sedang aku pusingkan ini adalah soal yang sangat mendasar bagi nama-nama ular yang lainya di berbagai suku banggsa di dunia ini. hanya saja pertanyaan lain pun muncul begitu saja dalam benakku, mengapa ? mengapa aku mempersoalkan hal yang telah lama di terapkan-setidaknya begitu(hahaha) lupaakan!!! apa yang aku tulis ini-anggap saja-semata-mata karena keingin tahuanku terhada suatu hal yang sepertinya  terlihat sederhana namun entah kenapa menjadi rumit-walaupun aku belum mengurainya secara detail. akan tetapi satu hal yang pasti saat aku menulis ini adalah suatu kesempatan langka karena laptop dan juga internya geretongan, dengan waktu yang mepet dan minim inspirasi. tentu saja aku mesti dan patut bersyukur (haahahah). lupakan sajaaaaaaaaaa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar