Kepada
Sahabat terbaik sepanjang masa
Innayatul Fauziah
Assalamualaikum warohmatullohi
wabarokatuh
Senja
tak lagi menyiratkan keindahan, senja tak lagi mempesona, Ina yang baik,
mengapa senja tiba-tiba saja buram, warna jingganya tak lagi membuatku terharu,
akan tetapi jingga itu membuat mataku pedih dan berair. Ina yang baik, kita
tidak pernah tahu tuhan merencanakan apa sedetik, semenit, sejam bahkan sehari
yang akan datang untuk kita Ina. Pernah terpikir olehku, bahwa hidup ini
hanyalah lembaran hari-hari yang biasa saja, dan lebih banyak membosankan
untuku.
Senyumu
yang terkesan ramah, menyapaku, ketika pertama kalinya kita memasuki kelas
matrikulasi bagi anak-anak IPB yang lulus undangan. Kau dengan gaya
kepemimpinanmu menyapa setiap orang yang hadir di kelas. Kau, dengan gagahnya
memimpin pemilihan komti kelas, dengan mengajukan namaku dan nama beberapa
teman lainya. Ina yang baik, aku masih ingat ketika kita bersama-sama berangkat
kuliah, meskipun jarak gedung ccr dan asrama tidaklah jauh, tetapi kebersamaan
yang kita bangun bertiga bersama jojo, membuatku bahagia. Awalnya aku tidak
terlalu menyukaimu, tetapi lama-kelamaan aku memahami sikapmu yang sebenarnya,
dengan begitu aku menerimamu sebagai temanku. Ina yang baik, apakah kebersamaan
kita begitu singkat ? seperti cahaya rembulan yang selalu meredup seiring
bergantinya hari, hingga akhirnya benar-benar padam.
Ina
yang baik, kita dipertemukan dalam kelompok responsi agama, ketika hari pertama
responsi aku melihatmu menangis, menangisi keadaanmu dan keluargamu serta
perjuanganmu untuk kuliah di kampus rakyat ini, kau berhasil mengalahkan orang
lain, dan kau pun berhasil menyakinkan orang tuamu untuk melepaskanmu menuntut
ilmu menuju kampus hijau dan asri ini. Ina bukankah kau sudah bertekad untuk
membahagiakan kedua orang tuamu ? kau selalu berkata seperti itu, aku tidak
terlalu mengetahui apa sebenarnya angan-anganmu, yang jelas kau adalah anak
yang baik, dan berbakti kepada orang tua.
Kita
memang terpisahkan oleh jarak, yang entah mengapa membuatku merasa jauh darimu,
pendapat itu bahkan muncul dari beberapa kawan lain yang mengakatakan hal
serupa. Ina yang baik, kadang kita tidak dapat mengontrol sikap kita terhadap
orang lain, hal itupun pernah aku rasakan, sungguh, aku pernah merasakanya dulu
ketika SMP atau SMA, aku sudah lupa. Hanya saja ketika itu, akupun dikuasai
oleh sikap yang membutakan aku terhadap opini orang lain tentang kita, sehingga
kita mengabaikanya begitu saja, tapi percayalah Ina, aku sama sekali tidak
bermaksud untuk menjauhimu, aku sama sekali tidak bermaksud menjahatimu,
bersikap cuek dan acuh-tak acuh terhadapmu, maafkalah atas sikap konyolku ini.
Alasan
sebenarnya karena aku juga pernah merasakan hal yang sama denganmu, aku
berharap kau berubah, agar di departemen kelak, kau akan mempunyai kawan yang
lebih banyak dibandingkan di kelas TPB ini, aku rasa kawan yang lainpuun
berpikiran sama Ina, tidak ada yang merasa apapun kepadamu, ini semua hanyalah
bentuk kasih sayng kami yang kami interpretasikan dengan cara kami masing-masing
terhadapmu Ina.
Ina
yang baik, kesibukan dan keorganisasian membuat kita kadang lupa akan waktu dan
tubuh kita sendiri, terkadang kita tidak makan, bahkan lupa untuk sejenak
beristirahat memejamkan mata dan tubuh kita yang lelah, yang teah bekerja keras
seharian ini, demi tercapainya hasil yang maksimal. Ina sayang, hal itu terjadi
pula kepadamu, tetapi mengapa kau begitu melupakan akan tubuhmu sendiri, aku
bukanlah teman yang baik Ina, maafkanlah karena aku tidak dapat memberitahumu
akan hal ini, maafkanlah kesalahanku Ina.
Waktu,
tak perna ada yang tahu akan seperti apa kita sedetik berikutnya, seperti
halnya aku menuliskan surat ini. kita baru akan menyesali perbuatan kita
setelah kita melakukanya, kita juga akan merasa kesepian setelah kita merasa
kehilangan. Ina sayang, mengapa penyesalan selalu datang terlambat, mengapa
dari awal kita tidak merencanakanya akan seperti apa kelak ketika kita melakukan hal ini ataupun
hal itu ? bukankah pengalaman adalah guru terbaik ? bahkan agamapun mengajarkan
akan hal ini. banyak sekali literature dan sejarah mengenai pengalaman. Tetapi
mengapa sebagai manusia kita baru menyadarinya setelah kita merasakan sendiri
akibatnya.
Ina
sayang, jikalau memang ada mesin waktu, ingin sekali aku mempergunakanya untuk
mengatakan bahwa aku sangat menyesal atas sikapku selama ini kepadamu, mohon
maafkanlah aku yang dengan bodohnya selalu berdikap tidak baik kepadamu.
Maafkan aku Ina sayang. Dimanapun kau berada, aku berharap kebahagiaan dan
rahmat Alloh akan selalu menyertaimu Ina. Kau akan ditempatkan di tempat yang
baik di sisi-Nya. Ina percayalah padaku, kami semua menyayangimu, kami semua
mendoakan yang terbaik padamu Ina sayang, semoga kau bahagia di sana.
Kini,
tak ada yang dapat memutar waktu, bahkan sedetik yang telah berlalu saja kita
tidak bisa memutarnya. Ina yang baik, hidup ini memang singkat, tetapi
sesingkat apapun itu, ini hanyalah persinggahan, karena yang sesungguhnya
adalah hidup yang kekal di akhirat. Ina sayang, berjuta-juta maaf rasanya tidak
akan pernah cukup untukku, berjuta-juta penyesalan tak akan pernah menutupi
kesalahanku meskipun hanya sebesar biji jarah. Dan pada akhirnya, yang dapat
aku kirimkan padamu hanyalah doa, doa yang semoga saja dapat meringankan
bebanmu, dapat menempatkanmu di sisi-Nya, di tempat terbaik, dan terindah
bersama orang-orang mukmin lainya.
Ina
sayang, akibat kelalaian dan kesibukan dalam memperhatikan tubuh, kau lupa
sayang, kau lupa bahwa kesehatan sangatlah penting, dan nyamuk itu menggigitmu
ketika kondisi badanmu lemah. Mengapa terlambat, apakah ini rencana Alloh yang
diperuntukan-Nya padamu Ina. Sampai akhirnya aku menghembusakan napas
terakhirmu jam Sembilan malam tadi. Secepat itukah, setahun bersamamu, bukanlah
waktu yang lama, singkat sekali, tetapi apa mau dikata, takdir telah menentukan
kapan kita hidup dan kapan pula kita kembali. selamat jalan, selamat jalan Ina
sayang, semoga kau tenang di sana, di tempat terbaik yang sudah Alloh
persiapkan padamu Ina sayang. Selamat jalan…..
Bogor 17 Juli 2014
Dea Ajeng Pratiwi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar