Kamis, 17 Juli 2014

Surat Untuk Ina


Kepada
Sahabat terbaik sepanjang masa
Innayatul Fauziah

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh
                Senja tak lagi menyiratkan keindahan, senja tak lagi mempesona, Ina yang baik, mengapa senja tiba-tiba saja buram, warna jingganya tak lagi membuatku terharu, akan tetapi jingga itu membuat mataku pedih dan berair. Ina yang baik, kita tidak pernah tahu tuhan merencanakan apa sedetik, semenit, sejam bahkan sehari yang akan datang untuk kita Ina. Pernah terpikir olehku, bahwa hidup ini hanyalah lembaran hari-hari yang biasa saja, dan lebih banyak membosankan untuku.
                Senyumu yang terkesan ramah, menyapaku, ketika pertama kalinya kita memasuki kelas matrikulasi bagi anak-anak IPB yang lulus undangan. Kau dengan gaya kepemimpinanmu menyapa setiap orang yang hadir di kelas. Kau, dengan gagahnya memimpin pemilihan komti kelas, dengan mengajukan namaku dan nama beberapa teman lainya. Ina yang baik, aku masih ingat ketika kita bersama-sama berangkat kuliah, meskipun jarak gedung ccr dan asrama tidaklah jauh, tetapi kebersamaan yang kita bangun bertiga bersama jojo, membuatku bahagia. Awalnya aku tidak terlalu menyukaimu, tetapi lama-kelamaan aku memahami sikapmu yang sebenarnya, dengan begitu aku menerimamu sebagai temanku. Ina yang baik, apakah kebersamaan kita begitu singkat ? seperti cahaya rembulan yang selalu meredup seiring bergantinya hari, hingga akhirnya benar-benar padam.
                Ina yang baik, kita dipertemukan dalam kelompok responsi agama, ketika hari pertama responsi aku melihatmu menangis, menangisi keadaanmu dan keluargamu serta perjuanganmu untuk kuliah di kampus rakyat ini, kau berhasil mengalahkan orang lain, dan kau pun berhasil menyakinkan orang tuamu untuk melepaskanmu menuntut ilmu menuju kampus hijau dan asri ini. Ina bukankah kau sudah bertekad untuk membahagiakan kedua orang tuamu ? kau selalu berkata seperti itu, aku tidak terlalu mengetahui apa sebenarnya angan-anganmu, yang jelas kau adalah anak yang baik, dan berbakti kepada orang tua.
                Kita memang terpisahkan oleh jarak, yang entah mengapa membuatku merasa jauh darimu, pendapat itu bahkan muncul dari beberapa kawan lain yang mengakatakan hal serupa. Ina yang baik, kadang kita tidak dapat mengontrol sikap kita terhadap orang lain, hal itupun pernah aku rasakan, sungguh, aku pernah merasakanya dulu ketika SMP atau SMA, aku sudah lupa. Hanya saja ketika itu, akupun dikuasai oleh sikap yang membutakan aku terhadap opini orang lain tentang kita, sehingga kita mengabaikanya begitu saja, tapi percayalah Ina, aku sama sekali tidak bermaksud untuk menjauhimu, aku sama sekali tidak bermaksud menjahatimu, bersikap cuek dan acuh-tak acuh terhadapmu, maafkalah atas sikap konyolku ini.
                Alasan sebenarnya karena aku juga pernah merasakan hal yang sama denganmu, aku berharap kau berubah, agar di departemen kelak, kau akan mempunyai kawan yang lebih banyak dibandingkan di kelas TPB ini, aku rasa kawan yang lainpuun berpikiran sama Ina, tidak ada yang merasa apapun kepadamu, ini semua hanyalah bentuk kasih sayng kami yang kami interpretasikan dengan cara kami masing-masing terhadapmu Ina.
                Ina yang baik, kesibukan dan keorganisasian membuat kita kadang lupa akan waktu dan tubuh kita sendiri, terkadang kita tidak makan, bahkan lupa untuk sejenak beristirahat memejamkan mata dan tubuh kita yang lelah, yang teah bekerja keras seharian ini, demi tercapainya hasil yang maksimal. Ina sayang, hal itu terjadi pula kepadamu, tetapi mengapa kau begitu melupakan akan tubuhmu sendiri, aku bukanlah teman yang baik Ina, maafkanlah karena aku tidak dapat memberitahumu akan hal ini, maafkanlah kesalahanku Ina.
                Waktu, tak perna ada yang tahu akan seperti apa kita sedetik berikutnya, seperti halnya aku menuliskan surat ini. kita baru akan menyesali perbuatan kita setelah kita melakukanya, kita juga akan merasa kesepian setelah kita merasa kehilangan. Ina sayang, mengapa penyesalan selalu datang terlambat, mengapa dari awal kita tidak merencanakanya akan seperti apa  kelak ketika kita melakukan hal ini ataupun hal itu ? bukankah pengalaman adalah guru terbaik ? bahkan agamapun mengajarkan akan hal ini. banyak sekali literature dan sejarah mengenai pengalaman. Tetapi mengapa sebagai manusia kita baru menyadarinya setelah kita merasakan sendiri akibatnya.
                Ina sayang, jikalau memang ada mesin waktu, ingin sekali aku mempergunakanya untuk mengatakan bahwa aku sangat menyesal atas sikapku selama ini kepadamu, mohon maafkanlah aku yang dengan bodohnya selalu berdikap tidak baik kepadamu. Maafkan aku Ina sayang. Dimanapun kau berada, aku berharap kebahagiaan dan rahmat Alloh akan selalu menyertaimu Ina. Kau akan ditempatkan di tempat yang baik di sisi-Nya. Ina percayalah padaku, kami semua menyayangimu, kami semua mendoakan yang terbaik padamu Ina sayang, semoga kau bahagia di sana.
                Kini, tak ada yang dapat memutar waktu, bahkan sedetik yang telah berlalu saja kita tidak bisa memutarnya. Ina yang baik, hidup ini memang singkat, tetapi sesingkat apapun itu, ini hanyalah persinggahan, karena yang sesungguhnya adalah hidup yang kekal di akhirat. Ina sayang, berjuta-juta maaf rasanya tidak akan pernah cukup untukku, berjuta-juta penyesalan tak akan pernah menutupi kesalahanku meskipun hanya sebesar biji jarah. Dan pada akhirnya, yang dapat aku kirimkan padamu hanyalah doa, doa yang semoga saja dapat meringankan bebanmu, dapat menempatkanmu di sisi-Nya, di tempat terbaik, dan terindah bersama orang-orang mukmin lainya.
                Ina sayang, akibat kelalaian dan kesibukan dalam memperhatikan tubuh, kau lupa sayang, kau lupa bahwa kesehatan sangatlah penting, dan nyamuk itu menggigitmu ketika kondisi badanmu lemah. Mengapa terlambat, apakah ini rencana Alloh yang diperuntukan-Nya padamu Ina. Sampai akhirnya aku menghembusakan napas terakhirmu jam Sembilan malam tadi. Secepat itukah, setahun bersamamu, bukanlah waktu yang lama, singkat sekali, tetapi apa mau dikata, takdir telah menentukan kapan kita hidup dan kapan pula kita kembali. selamat jalan, selamat jalan Ina sayang, semoga kau tenang di sana, di tempat terbaik yang sudah Alloh persiapkan padamu Ina sayang. Selamat jalan…..
Bogor  17 Juli 2014
Dea Ajeng Pratiwi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar