Kali ini aku benar-benar menangis,
menangisi hal yang seharusnya tak boleh aku ingat-ingat lagi. Kau tahu mengapa
? karena orang yang kutangisi itu seharusnya sudah tenang di alam baka. Tapi,
lihatlah aku malah menangis sseraya menepuk-nepuk dadaku, rasanya ssakit
sekali. Aku merasa kehilangan. Selama ini aku sengaja, membiarkan kenangan
bersama dengan pengaruhnya hilang, seperti menguap. Sudah hampir selama ini aku
kuat, bisa tanpa petuah-petuah sederhana yang sangat berarti darinya, mirip
ssemacam dengan vitamin yang harus rutin di konsumsi setiap hari, karena bila
dilupakan akan membahayakan bagi kesehatan. Kau tahukan vitamin itu hanya
dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, namun walaupun sedikit harus ada, karena
ia berperan sebagai regulator di dalam metabolisme sel tubuh kita.
Bukankan vitamin itu sangat penting
? sama halnya dengan pengaruh yang ia berikan padaku, meskipun masih terdapat
sisa-sisa yang sebagian kecil masih bisa kurasakan namun lambat laun kebutuhan
akan petuah-petuah yang membangun jiwa itu semakin mendesak. Tidak pernah ada
yang sama. Dan sekalipun itu motovator terbaik di dunia ini tidak akan pernah
menggantikanya. Selamanya.
Aku menangis lagi. Rasanya begitu
nyata, sakit sekali. Aku butuh petuah-petuah sialan yang mampu membuatku
bangkit dari keterpurukan dan berbagai tekanan, apalagi saat ini, di
tengah-tengah segudang pelajaran dan juga ujian yaang akan kuhadapi, aku goyah.
Mengingatnya membuatku tepental ke masa lalu, maasaa dimana orang itu masih
ada, berceloteh ringan yang penuh dengan makna dan arti kehidupan. Mengartikan setiap
nikmat-Nya, dan mensyukurinya. Bahkan sampai saat ini setipa kata yang berkesan
darinya selalu terpattri dalam benakku.
Di tengah tipu daya duniawi dan
jahatnya hubungan sosial saat ini, aku semakin mundur, mentalku yang telah
dibangun oleh iman dan juga ketakwaan belum sepenuhnya sempurna, ketika ia
masih ada, petuah-petuahnyalah yang menjadi doping apabila iman dan takwaku
mulai melemah. Ataupun ketika krisis kepercayaan dan jati diriku yang masih
labil, perkaataan perkataan ssederhananyalah yang mampu membuatku percaya akan
diriku senddiri, percaya bahwa aku mampu menghadapi dunia,percaya bahwa aku paasti
beerhasil di masa yang akan datang. Selaalu percaya pada diri sendiri.
Namun ketika ia pergi, aku telah
mengikhlaskanya, mungkin begitulah takdir tuhan, orang baik tidak pernah
berlama-lama tinggal di dunia yang penuh dengan tipu daya ini. Ia kembali
kepangkuan yaang maha kuasa karena menderita penyakit gagal ginjal. Tidak lama,
hanya sebentar saja, lalu pergi. Takdir tuhan siapa yang tahu ?
Aku selalu meyakinkan diriku bahwa
aku pasti bisa, pasti bisa tanpa harus selalu bergantung pada
nasehat-nasehatnya. Sudah terlalu banyak pelajarn mengenai hidup yang ia
berikan padaku. Aku kagum padanya, ia pekerja keras, sangat mencintai
keluarganya. Tidak akan pernah ada yang sepertinya lagi. Sungguh. Aku merasa
beruntung setidaknya hampir 2 tahun aku mengenalnya, meskipun singkat, akan
tetapi itu semua sangat indah dan berharga. Sudah sampir selama ini, aku baru
bisa mengenaangnya melalui sebuah tulisan yang mungkin masih sangat buruk.
Meskipun ia sudah beristrirahat
dengaan tenang, aku akan tetap membuktikan bahwa aku mampu, aku pasti bisa,
lihat saja nanti. Mungkin saat ini satu-satunya cara untuk mengembalikan
motivasiku adalah dengan mengenangnya seperti ini, ditengah-tengah tekanan dan
seluruh beban yang sangat berat saat ini. “Aku pasti bisa, aku bisa pak, bapak
tenang aja, aku akan belajar dengan
baik, makan dengan baik, berdoa dengan baik, dan aku pasti berhasil, aku sangat
benci keluargaku sendiri, terutama ayahku, tapi, kau sselalu bilang, jangan
pedulikan dia, urusi saja hidup dan massa depanmu untuk membuktikan bahwa
apapun yang kau pilih itu dalah yang terbaik, aku akan selalu mengingat itu
pak, akan selalu dan selamanya. Sungguh. Maapkan aku, jika aku menangis untukmu
dan membuatku tersiksa, mulai dari sekarang aku akan bangkit, kau tahu,
pelajarn kimai akan kutaklukan di UN nanti, lihat saja nantti pak, terimakasih
banyak pak. Selamat jalan.....”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar