Kamis, 31 Januari 2013

Yang Sengaja di Lupakan




            Kali ini aku benar-benar menangis, menangisi hal yang seharusnya tak boleh aku ingat-ingat lagi. Kau tahu mengapa ? karena orang yang kutangisi itu seharusnya sudah tenang di alam baka. Tapi, lihatlah aku malah menangis sseraya menepuk-nepuk dadaku, rasanya ssakit sekali. Aku merasa kehilangan. Selama ini aku sengaja, membiarkan kenangan bersama dengan pengaruhnya hilang, seperti menguap. Sudah hampir selama ini aku kuat, bisa tanpa petuah-petuah sederhana yang sangat berarti darinya, mirip ssemacam dengan vitamin yang harus rutin di konsumsi setiap hari, karena bila dilupakan akan membahayakan bagi kesehatan. Kau tahukan vitamin itu hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, namun walaupun sedikit harus ada, karena ia berperan sebagai regulator di dalam metabolisme sel tubuh kita.
            Bukankan vitamin itu sangat penting ? sama halnya dengan pengaruh yang ia berikan padaku, meskipun masih terdapat sisa-sisa yang sebagian kecil masih bisa kurasakan namun lambat laun kebutuhan akan petuah-petuah yang membangun jiwa itu semakin mendesak. Tidak pernah ada yang sama. Dan sekalipun itu motovator terbaik di dunia ini tidak akan pernah menggantikanya. Selamanya.
            Aku menangis lagi. Rasanya begitu nyata, sakit sekali. Aku butuh petuah-petuah sialan yang mampu membuatku bangkit dari keterpurukan dan berbagai tekanan, apalagi saat ini, di tengah-tengah segudang pelajaran dan juga ujian yaang akan kuhadapi, aku goyah. Mengingatnya membuatku tepental ke masa lalu, maasaa dimana orang itu masih ada, berceloteh ringan yang penuh dengan makna dan arti kehidupan. Mengartikan setiap nikmat-Nya, dan mensyukurinya. Bahkan sampai saat ini setipa kata yang berkesan darinya selalu terpattri dalam benakku.
            Di tengah tipu daya duniawi dan jahatnya hubungan sosial saat ini, aku semakin mundur, mentalku yang telah dibangun oleh iman dan juga ketakwaan belum sepenuhnya sempurna, ketika ia masih ada, petuah-petuahnyalah yang menjadi doping apabila iman dan takwaku mulai melemah. Ataupun ketika krisis kepercayaan dan jati diriku yang masih labil, perkaataan perkataan ssederhananyalah yang mampu membuatku percaya akan diriku senddiri, percaya bahwa aku mampu menghadapi dunia,percaya bahwa aku paasti beerhasil di masa yang akan datang. Selaalu percaya pada diri sendiri.
            Namun ketika ia pergi, aku telah mengikhlaskanya, mungkin begitulah takdir tuhan, orang baik tidak pernah berlama-lama tinggal di dunia yang penuh dengan tipu daya ini. Ia kembali kepangkuan yaang maha kuasa karena menderita penyakit gagal ginjal. Tidak lama, hanya sebentar saja, lalu pergi. Takdir tuhan siapa yang tahu ?
            Aku selalu meyakinkan diriku bahwa aku pasti bisa, pasti bisa tanpa harus selalu bergantung pada nasehat-nasehatnya. Sudah terlalu banyak pelajarn mengenai hidup yang ia berikan padaku. Aku kagum padanya, ia pekerja keras, sangat mencintai keluarganya. Tidak akan pernah ada yang sepertinya lagi. Sungguh. Aku merasa beruntung setidaknya hampir 2 tahun aku mengenalnya, meskipun singkat, akan tetapi itu semua sangat indah dan berharga. Sudah sampir selama ini, aku baru bisa mengenaangnya melalui sebuah tulisan yang mungkin masih sangat buruk.
            Meskipun ia sudah beristrirahat dengaan tenang, aku akan tetap membuktikan bahwa aku mampu, aku pasti bisa, lihat saja nanti. Mungkin saat ini satu-satunya cara untuk mengembalikan motivasiku adalah dengan mengenangnya seperti ini, ditengah-tengah tekanan dan seluruh beban yang sangat berat saat ini. “Aku pasti bisa, aku bisa pak, bapak tenang aja,  aku akan belajar dengan baik, makan dengan baik, berdoa dengan baik, dan aku pasti berhasil, aku sangat benci keluargaku sendiri, terutama ayahku, tapi, kau sselalu bilang, jangan pedulikan dia, urusi saja hidup dan massa depanmu untuk membuktikan bahwa apapun yang kau pilih itu dalah yang terbaik, aku akan selalu mengingat itu pak, akan selalu dan selamanya. Sungguh. Maapkan aku, jika aku menangis untukmu dan membuatku tersiksa, mulai dari sekarang aku akan bangkit, kau tahu, pelajarn kimai akan kutaklukan di UN nanti, lihat saja nantti pak, terimakasih banyak pak. Selamat jalan.....”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar